Sebuah studi di Inggris menunjukkan kurang tidur bisa mematikan. Orang yang kurang tidur dua kali lebih mungkin untuk meninggal karena serangan jantung. Alasannya memang belum jelas, namun hasil jelas yang ditunjukkan adalah mereka yang tidur kurang dari tujuh jam per malam memiliki resiko dua kali lebih besar untuk meninggal karena serangan jantung.
Pemerintah Inggris dan Amerika mendanai penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap 10.000 pegawai pemerintah yang dilacak selama 17 tahun. Mereka yang tidur 5-7 jam atau kurang memiliki resiko 1,7 kali lipat peningkatan kematian dan lebih dari dua kali lipat resiko penyakit jantung yang mendatangkan kematian. Francesco Cappaccio, profesor pengobatan jantung dari sekolah kedokteran University of Warwick mengatakan, “Sepertiga penduduk Inggris dan lebih dari 40 persen penduduk Amerika secara teratur tidur kurang dari lima jam sehari, sehingga ini bukanlah masalah yang sepele.”
Cappaccio mengatakan, “Sebagai hal pencegahan, temuan kami menunjukkan bahwa tidur secara konsisten selama tujuh jam per malam akan mendatangkan hasil maksimal bagi kesehatan.”
Remaja penderita sleep apnea 6,5 kali lebih mungkin mengalami sindrom metabolik daripada rekan-rekan mereka yang tidak memiliki gangguan tidur. Sindrom metabolik merupakan sekelompok faktor yang dikelompokkan menjadi satu istilah umum. Sindrom ini memiliki faktor resiko berikut:
- Diabetes tipe 2
- Penyakit jantung dan stroke
- Perut dan obesitas
- Tekanan darah tinggi
- Peningkatan gula darah
- Trigliserida tinggi
- Rendahnya tingkat kolesterol HDL.
Seseorang yang memiliki tiga atau lebih dari gejala-gejala di atas akan didiagnosis dengan sindrom metabolik.
Remaja juga terserang endemi kurang tidur akibat berkembangnya gadget elektronik. Dengan mengerjakan pekerjaan rumah, menggunakan ponsel, menjawab email, chatting, mendengarkan musik via iPod dan menonton televisi, mereka umumnya hanya bisa tidur 4-5 jam.
Berat badan telah menjadi faktor kontribusi dari sleep apnea. Saat ini telah menjadi jelas bahwa faktor berat badan tidak menyebabkan sleep apnea, namun kebalikannya mungkin saja benar. Dr. Susan Redline dari Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, mengatakan, “Gangguan tidur berulang dan menurunnya oksigen dapat meningkatkan tingkat kadar hormon stres pada tubuh seperti kortisol. Hal ini, pada gilirannya dapat mengakibatkan peningkatan gula darah dan tekanan darah, serta masalah dengan metabolisme kolesterol.”
Sebuah survei di Norwegia (1984-1986 dan 1995-1997) terhadap 25.000 orang menemukan bahwa individu-individu yang memiliki masalah tidur lebih mungkin menderita gangguan depresi maupun kecemasan. Studi ini tidak menyimpulkan bahwa kurang tidur dapat menghasilkan depresi. Ada bukti bahwa orang-orang yang insomnia lebih mungkin mengalami depresi dan kecemasan.
Tidur merupakan aktivitas yang sangat penting. Kurang tidur yang disebabkan oleh berbagai macam hal seperti terlalu sibuk, alasan fisik maupun alasan emosional dapat menimbulkan resiko kesehaan. Jika Anda tidak dapat tidur dengan baik, Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda.
Source : saidaonline
Posting Komentar