Seekor katak masuk ke lubang di jalan. Karena tidak mau mati kelaparan, katak itu berusah mati-matian untuk melompat ke atas. Teman-temannya yang solider terus berusaha untuk menolongnya dengan memberinya semangat. Akhirnya, karena tetap tidak berhasil, mereka meninggalkan katak itu menunggu nasibnya. Dengan sedih mereka melompat minggir dari jalan raya, karena takut terlindas roda kendaraan yang lalu lalang di sana. Mereka mengira bahwa temannya itu pasti mati kelaparan dan kehausan.
Mereka begitu terkejut ketika keesokan harinya, mereka menemukan temannya dalam keadaan sehat walafiat. ”Lho, kok kamu bisa keluar dari lubang itu?” tanya teman-temannya serentak.
”Sebenarnya aku sudah putus asa,” jawab katak itu, ”tetapi ketika mendengar suara bergemuruh, suara truk besar yang akan melintas, ketimbang terlindas dan mati konyol, aku mengerahkan seluruh sisa tenagaku untuk melompat dan ... berhasil!”
Ada kisah lain. Dua ekor katak terjatuh ke lubang yang dalam. Tentu saja mereka berusaha untuk keluar agar tidak mati konyol. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencapai pinggir lubang di atas mereka, tetapi tidak berhasil. Setiap kali mereka melompat, setiap kali pula mereka terjatuh kembali ke lubang. Namun, bagaimanapun kerasnya usaha mereka, kedua katak itu tetap gagal.
Akhirnya karena merasa tidak ada gunanya, teman-temannya berhenti memberi semangat kepada kedua katak itu. Bukan hanya itu, sebagian dari mereka malah menganjurkan agar kedua katak itu menyerah saja. Akhirnya karena kehabisan tenaga, ditambah dengan ucapan teman-temannya yang menganjurkannya untuk menyerah, katak yang satu berhenti berusaha, jatuh ke lubang dan mati.
Anehnya, katak satunya tetap berusaha melompat ke atas, dia berusaha mati-matian untuk terus naik. Dan akhirnya, dia berhasil melompat. Teman-temannya heran, bagaimana dia bisa melompat ke atas ? Ternyata katak itu tidak mau menyerah sebelum berhasil, ia tetap mau berusaha sampai berhasil dan akhirnya ia memang berhasil. Apa yang bisa kita pelajari dari dua kisah katak di atas?
Pertama, ”A friend in need is a friend indeed!” Sahabat sejati adalah sahabat dalam kesukaran. Artinya, mereka bukan hanya mau bersama-sama kita saat kita sedang jaya-jayanya, tetapi juga saat kita sedang terpuruk. Jika mereka tetap bersama kita saat kita terpuruk, mereka adalah sahabat sejati. Sebaliknya, jika mereka kabur saat kita terkubur, mereka pasti bukan sahabat sejati. ”Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran” (Amsal 17:17).
Kedua, sahabat bisa menjadi penasihat yang baik, tetapi bisa juga menjadi penyesat yang melumpuhkan semangat. Di dalam kisah di atas, sahabat-sahabatnya justru menyuruh korban menyerah. Akibat ucapan mereka, seekor katak menjadi korban. Yakobus berkata, ”tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (Yakobus 3:8).
Ketiga, jangan pernah menyerah dalam menghadapi situasi apapun. Tetaplah berusaha dengan tidak mengenal putus asa. Mari kita belajar dari katak ini untuk terus maju tanpa mengenal kata menyerah. Tuhan senang kepada orang yang tidak mudah putus asa, dan kalau Tuhan menyertai maka apapun yang kita lakukan akan berhasil. ( Kejadian 39 : 2 ).
Keempat, pergaulan juga bisa mempengaruhi kerohanian kita. Dengan siapa kita bergaul, itu akan mempengaruhi bobot rohani kita. “ Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. “ ( I Korintus 15 : 33 ). Jangan sampai kebiasaan baik yang sudah kita miliki itu pupus begitu saja oleh karena pengaruh pergaulan yang buruk. Contohnya Demas, teman sepelayanan Paulus, Demas akhirnya meninggalkan Paulus karena telah mencintai dunia ( II Timotius 4 : 10 ).
Pergaulan itu sangat mempengaruhi, pergaulan itu bisa membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, tapi juga bisa sebaliknya, membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang ( Amsal 13 : 20 ). Itu sebabnya, “Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri “ ( Amsal 22 : 24-25 ).
Mari kita introspeksi diri, bagaimanakah orang yang menjadi sahabat kita ? Siapakah sahabat kita ? Jangan sampai kita seperti Lot yang tidak menjaga pergaulannya sehingga Lot menjadi seorang yang tidak mempunyai pandangan rohani, terbukti ia melihat Sodom itu seperti taman Tuhan ( Kejadian 13 : 10 ). Betapapun hebatnya kerohanian kita tapi kalau kita tidak menjadi pergaulan kita, maka satu saat benteng pertahanan itu akan roboh juga. Dan Abraham menyadari ini, sehingga Abraham tidak segan-segan mengambil tindakan untuk memisahkan diri dari Lot. Abraham tidak takut kalau dia harus kehilangan Lot, seorang sahabat dan yang juga merupakan sanak keluarganya. Abraham lebih rela kehilangan Lot daripada itu mempengaruhi kerohaniannya. Sebab Lot ini bagaikan tudung yang selalu merintangi dan menghalangi Abraham untuk melihat tanah Kanaan secara jelas.
Kejadian 13 : 14 “ Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah Tuhan kepada Abram : “ Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. “
Firman ini diberikan Tuhan kepada Abraham ( yang waktu itu masih disebut Abram ) setelah ia berpisah dengan Lot, selama ini Lot bagaikan tudung yang sudah menghalangi pandangan Abraham untuk melihat Kanaan. Bagaimana dengan kita ? Jangan sampai pandangan kita untuk melihat masa depan yang indah yang sudah Tuhan janjikan bagi kita, itu menjadi terhalang hanya karena kita masih belum memisahkan diri dari pergaulan yang buruk. Jangan pernah kita takut kehilangan sahabat, tapi yang perlu kita takutkan adalah kehilangan Yesus. Abraham tidak takut kehilangan sahabat, itu sebabnya Abraham disebut sebagai “ Sahabat Allah “ ( Yakobus 2 : 23b ).
Kalau kita berani memisahkan diri dari Lot ( Lot =gambar dari persahabatan yang buruk ) maka kita akan dapat predikat sebagai “ Sahabat Allah “
Mari, introspeksi diri kita : Dengan siapa kita bergaul ?
***
Selamat Hari Minggu, Tuhan Yesus Memberkati...
Sumber Friends of God
Posting Komentar