Hampir sebulan berlalu, penyelidikan matinya seekor Celeng Goteng koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) belum juga selesai. Babi hutan yang habitat aslinya di Pulau Jawa itu ditemukan tak bernyawa 24 Januari 2012 lalu. Dengan tanda-tanda keracunan sianida di lambung, jantung, dan paru-parunya.
Pengelola Sementara KBS, Toni Sumampouw mengatakan pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan dari Polresta Surabaya. "Penyelidikan masih dilakukan untuk mendengarkan sejumlah saksi," kata dia kepada VIVAnews.com, Minggu 19 Februari 2012 malam.
Sebelumnya, ada sejumlah dugaan terkait kematian hewan tersebut: apakah sianida berasal dari pakan berupa singkong yang sudah busuk, atau ia memang sengaja diracun.
Dugaan pertama dibantah Toni. "Kalau keracunan (singkong) tak mungkin hanya satu satwa yang mati," kata dia.
Pihaknya berpendapat, dugaan ke dua yang lebih mendekati. "Kami menduga ini bukan dari keracunan, tapi sengaja dilakukan orang tertentu yang ingin memperkeruh suasana," kata dia.
Bahwa kematian satwa itu akibat racun dinyatakan dokter hewan di KBS, Rahmat. "Kematian celeng setelah diotopsi, ada perubahan semua organ, baik lambung, jantung, paru-paru, semua mengindikasikan keracunan," kata dia.
Hasil otopsi juga dikonfirmasi pemeriksaan forensik daro Laboratorium Forensik Mabes Polri Cabang Surabaya.Tes menemukan, ada sianida di perut hewan tersebut.
Ini bukan kali pertamanya hewan mati di Kebun Binatang Surabaya. Pada pertengahan November 2011, seekor Kijang jantan dengan nama latin Muntiacus berumur 1 tahun mati. Pihak KBS menyatakan matinya kijang karena faktor alam, karena kedinginan.
Data menyebut, hampir 250 hewan koleksi yang mati selama 2011. Di antaranya, kambing gunung di Kebun Binatang Surabaya mati akibat pencernaannya terganggu. Ternyata, setelah dibedah, di dalam perutnya ditemukan kantong plastik kresek. Begitu juga dengan matinya seekor buaya. Di dalam perutnya ditemukan 25 batu.
© VIVAnews
Posting Komentar